Oleh: Adela Eka Putra Marza
PEMAHAMAN dan pengetahuan mengenai asma di kalangan masyarakat bisa dibilang masih kurang. Terbukti dengan masih adanya berbagai mitos yang berkembang seputar penyakit ini. Misalnya pemikiran bahwa asma adalah penyakit menular dan penyakit keturunan. Salah satu penyebab penyakit ini memang oleh faktor genetik (keturunan), namun lebih banyak dipicu oleh faktor-faktor lainnya seperti alergi, kelahiran prematur, iritasi saluran pernafasan, infeksi paru-paru, hingga polusi udara.
Asma sendiri merupakan peradangan kronis yang banyak terjadi pada saluran pernafasan. Penyakit ini terjadi karena saluran pernafasan menuju paru-paru terlalu sensitif, sehingga bisa mengakibatkan peradangan, bengkak, dan berlendir.
Ketika terjadi peradangan, otot-otot yang berada di sekitar saluran pernafasan mengejang dan menciut, sehingga aliran udara yang masuk lebih sedikit dan penderita jadi sesak nafas. Bahkan, tidak sedikit dari penderita asma yang mengalami penurunan kesadaran saat penyakitnya tersebut kambuh.
Penyakit berupa penyumbatan saluran pernafasan ini sendiri sudah dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Ketika itu, pengobatannya dilakukan dengan cara meminum ramuan dupa yang dikenal dengan istilah ‘kifi’. Asma kemudian disebut secara resmi sebagai masalah pernafasan oleh Hipokrates sekitar tahun 450 Sebelum Masehi, yang dalam bahasa Yunani disebut ‘asthma’ berarti ‘terengah-engah’. Hingga saat ini, asma sudah menjadi salah satu penyakit yang cukup banyak ditemukan pada manusia di semua usia.
Berdasarkan data studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), asma termasuk dalam daftar sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Bahkan, dalam SKRT Tahun 1986, penyakit ini ada di posisi ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi), bersama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Kemudian, pada SKRT Tahun 1992, ketiga jenis penyakit saluran pernafasan itu menempati peringkat ke-4 sebagai penyakit kematian (mortaliti) di Indonesia, dengan angka sebesar 5,6 persen.
Untuk mendiagnosis asma, bisa dilihat dari gejala yang terjadi pada penderitanya, seperti mengi, batuk, dada terasa berat, hingga sesak nafas. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan seperti spirometri untuk melihat fungsi paru, dan rongent paru untuk mengetahui infeksi. Namun sayangnya, penyakit ini malah sering kali tidak terdiagnosis. Apalagi, pemahaman dan pengetahuan mengenai asma di kalangan masyarakat yang masih sangat kurang, disertai pula dengan berbagai mitos yang sangat dipercaya orang-orang awam.
Untuk penanganan asma yang paling penting adalah dengan melakukan pencegahan terhadap faktor pencetusnya. Pencegahan ini tentunya harus dilakukan oleh penderitanya sendiri, karena faktor pencetus tersebut bukan ditentukan oleh dokter, melainkan diketahui oleh penderitanya sebagai gejala terjadinya asma. Pengobatannya bisa dilakukan melalui obat reliever yang bertujuan untuk menghilangkan gejala yang sudah terjadi, dan obat controller yang bertujuan untuk mencegah serangan asma sebelum terjadi kembali.
Selain mencegah faktor pencetus asma yang pastinya akan berbeda-beda pada setiap penderitanya, ada sejumlah cara sederhana lainnya yang bisa dilakukan untuk mengurangi dan mengontrol faktor-faktor pemicu serangan asma tersebut.
Sejumlah aktivitas olahraga ringan bisa menjadi salah satu cara untuk membantu menurunkan kejadian serangan asma, yakni terutama jenis olahraga yang bersifat aerobik, seperti jogging, berenang, dan bersepeda. Senam asma dengan gerakan aerobik khusus untuk para penderita asma juga bisa dilakukan.
Senam asma sendiri memiliki perbedaan dengan senam biasa lainnya. Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam asma dengan durasi sekitar 45 menit hingga satu jam ini lebih difokuskan kepada otot-otot badan bagian atas, dengan pergerakan yang khas. Semua gerakannya sangat bermanfaat untuk melenturkan dan memperkuat otot-otot pernapasan, serta meningkatkan sirkulasi darah juga. Selain itu, senam asma juga bertujuan untuk melatih para penderita asma melakukan cara bernafas yang benar sesuai dengan kondisinya.
Selain dengan melakukan olahraga ringan dan senam asma, mengonsumsi sejumlah minuman dari buah-buahan segar juga bisa membantu. Jus alpukat yang memiliki kandungan zat L-glutathione, jus apel dengan kandungan Quercetin-nya, dan jus pisang yang mengandung Flavonoid. Dengan semua cara sederhana itu, maka akan dapat membantu para penderita asma untuk mengontrol dan mengurangi serangan asma pada dirinya, sehingga bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
* Dimuat di Rubrik Kesehatan Harian Analisa (Senin, 13 Agustus 2018)
search
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar