------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Advertorial

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

search

Rabu, September 13, 2017

Pelestarian Lingkungan dengan Konsep Rumah Kebun

Oleh: Adela Eka Putra Marza

Isu lingkungan terus men­jadi perhatian banyak pihak sejak beberapa tahun terakhir. Terutama, setelah semakin banyaknya laporan mengenai kerusakan ling­kungan dan dampak negatif yang telah dirasakan ma­sya­rakat dunia dewasa ini.


Pen­cemaran udara akibat polusi, tingkat panas bumi yang se­makin tinggi akibat efek rumah kaca, hingga ber­bagai bencana alam seperti banjir, longsor, dan badai yang ter­jadi di seluruh dunia, adalah sedikit dari banyaknya dam­pak negatif yang kini di­alami manusia akibat keru­sak­an lingkungan.

Tak hanya disebabkan pe­rusakan ling­kungan secara masif oleh sejumlah oknum, tetapi juga soal gaya hidup ma­nusia yang ikut memberi­kan sumbangsih besar terha­dap peru­bahan iklim yang sa­ngat drastis. Pem­bakaran hu­tan memang masih menjadi salah satu masalah besar bagi Indonesia pada sek­tor ling­kungan hidup, hingga kini. Namun, kekurangpedulian masyarakat terhadap ling­kung­an sekitarnya juga men­jadi ‘penyakit’ yang paling banyak menggerogoti bumi, dan dampaknya seperti yang dirasakan saat ini.

Lihat saja laporan dari ber­bagai organisasi lingkungan hidup, baik di level interna­sio­nal maupun di tingkat lo­kal, yang dipubli­kasikan se­tiap tahun, selalu menga­bar­kan soal kerusakan lingkung­an dan perubahan iklim yang semakin parah. Laporan Ke­empat dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada akhir tahun 2007 silam, seperti yang di­lansir oleh WWF Indonesia, bahkan sudah menyebut bah­wa kemungkin­an ancaman perubahan iklim telah men­ca­pai tingkat ‘high confidence’ (sangat meya­kinkan).

Laporan tersebut mem­pre­diksi bahwa suhu bumi akan naik sebesar 1,8-4 dera­jat celcius, sedang permu­ka­an air laut akan naik setinggi 28-43 cm, jika tak ada upaya yang serius untuk menu­run­kan konsentrasi gas rumah kaca. Pada kenyataannya, semua prediksi soal kerusak­an lingkungan itu benar-benar terjadi saat ini, hampir 10 tahun kemudian. Suhu bumi dan permukaan air laut memang terus semakin naik dewasai ini. Semua itu pun berdampak kepada banyak sistem fisik dan biologis alam, yang kini dirasakan da­lam bentuk bencana alam.

Kampanye Penyelamatan Bumi
Tak heran, makanya kam­panye penyela­matan bu­mi begitu ‘keras’ didengungkan belakangan ini. Berbagai aksi go green dan penanaman po­hon terus diprogramkan dan dikampanyekan di berbagai ne­gara, termasuk di Indonesia. Bahkan, dana yang di­ang­garkan untuk penanaman pohon oleh Pemerintah Indonesia saja mencapai sekitar Rp 2 triliun setiap tahun, se­tidaknya selama tahun 2010 hingga 2012 lalu, seperti di­ungkap oleh Menteri Kehu­tanan pada tahun 2012 silam, yang diberitakan Kompas.com (Selasa, 4 Desember 2012).

Pada tahun-tahun berikut­nya, mung­kin saja anggaran yang di­siap­kan pemerintah bisa jauh lebih banyak dari­pada tahun-tahun sebelum­nya. Belum lagi ditambah de­ngan anggaran yang dise­diakan setiap pemerintah dae­rah di tanah air. Untuk men­jalankan kampanye penyela­matan bumi ini, pemerintah Indonesia pun sudah mene­tap­kan peringatan Hari Mena­nam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional yang dilakukan setiap tahun, di mana pada tahun 2016 menargetkan penanaman satu milyar pohon di seluruh Indonesia. Hari Bumi In­terna­sional juga diperingati 22 April 2016 oleh seluruh pen­duduk dunia, dengan menar­getkan menargetkan pena­nam­an 7,8 milyar pohon hing­­ga tahun 2020.

Semua peringatan itu se­harusnya menjadi bukti be­ta­pa pentingnya pohon bagi manusia dalam menjaga ke­lestarian lingkungan dan bumi. Pohon-pohon itu pula yang terus menjaga keberada­an oksigen di bumi, yang bisa dihirup manusia untuk ber­na­fas setiap saat.

Situs National Geographic Indonesia, pada Jumat, 22 April 2016 menyebutkan saat ini bumi kehilangan lebih dari 15 miliar pohon setiap tahun, setara dengan 48 la­pangan bola setiap menit. Pa­dahal, keberada­an pohon-po­hon tersebut sangat vital bagi bumi, dan tentu bagi manu­sia. Salah satunya, untuk me­nyerap karbondioksida, yang dihasilkan oleh satu orang saja dalam satu tahun, ter­nya­ta dibutuhkan sekitar 96 pohon. Pohon me­mang dapat menyerap karbondio­ksida yang berlebih dan berbahaya dari atmosfer bumi.

Konsep Rumah Kebun
Selain dengan menanam pohon, sebenar­nya kita juga bisa melakukan berbagai upa­ya pelestarian lainnya. Ba­nyak cara seder­hana yang bi­sa kita lakukan dalam meles­tarikan lingkungan dan me­nye­lamatkan bumi dari kepu­nahan. Kita harus menghe­mat pemakai­an air bersih, me­ngurangi pengguna­an lis­trik secara ber­lebihan, hingga menghin­dari pola makan yang boros dan bersisa. Hal kecil lainnya yang juga bisa kita lakukan selain gaya hi­dup yang bersahabat dengan bumi adalah dengan ‘meng­hi­jaukan’ kawasan di sekitar tempat tinggal kita.

Saat ini, banyak kon­sep rumah ‘hijau’ yang bisa mem­bantu pelestarian lingkungan dan penyelamatan bumi. Sa­lah satunya ada­lah konsep ru­mah kebun dengan me­man­faatkan lahan kosong di se­kitar rumah untuk dijadikan kebun ataupun taman. Lahan kosong tersebut bisa ditanami dengan berba­gai tanaman ke­butuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, dan juga ta­naman hias. Kon­sep rumah kebun ini pun sekarang sudah sa­ngat banyak diterapkan masyarakat perko­taan, seba­gai bentuk kesadaran untuk penghijauan.

Menggagas rumah kebun memang tidak mutlak harus menyediakan lahan tanah ko­song untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Dengan lahan yang sempit sekalipun tetap bisa dimanfaatkan, dengan menyulapnya menjadi kebun vertikal, di mana tanaman ditanam dengan cara digan­tung. Konsep kebun aquapo­nic, dimana membuat kebun di atas kolam ikan kecil di be­lakang atau di samping ru­mah, juga bisa dijadikan pi­lihan. Dalam kata lain, se­mua bagian dari rumah yang terbengkalai harus diman­fa­atkan untuk menghijaukan ru­mah.

Konsep rumah kebun ini pun sudah banyak diterapkan oleh para pengembang peru­­mahan di kota-kota besar. Suasana yang tenang dan nya­man menjadi nilai lebih bagi rumah-rumah dengan konsep ini, selain tentunya men­jadi salah satu upaya kita untuk ikut menjaga kelesta­rian lingkungan. Tidak ha­nya itu saja, juga ada banyak keuntungan lainnya dari kon­sep rumah kebun, seperti sa­yur-sayuran mulai dari kang­kung, sawi, tomat, kacang pan­jang, dan lainnya yang kita tanam, bisa dimanfaat­kan untuk kebutuhan mema­sak.

Kemudian, konsep rumah kebun juga jauh lebih sehat, karena mampu menyediakan udara bersih yang lebih ba­nyak untuk penghuni rumah. Aneka tanaman hijau terse­but akan membantu melancarkan sirkulasi udara di dalam ru­mah, mengubah karbon­dio­k­si­da menjadi oksigen, hingga membuat suhu di sekitar ru­mah menjadi lebih sejuk, dan pada akhirnya akan mening­katkan kuali­tas hidup. De­ngan cara sederhana ini pula kita turut serta melakukan tindakan nyata demi meles­ta­rikan lingkungan dan me­nyelamatkan bumi.

* Dimuat di Rubrik Lingkungan Harian Analisa (Minggu, 4 Juni 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar