Oleh: Adela Eka Putra Marza
Isu lingkungan terus menjadi perhatian banyak pihak sejak beberapa tahun terakhir. Terutama, setelah semakin banyaknya laporan mengenai kerusakan lingkungan dan dampak negatif yang telah dirasakan masyarakat dunia dewasa ini.
Pencemaran udara akibat polusi, tingkat panas bumi yang semakin tinggi akibat efek rumah kaca, hingga berbagai bencana alam seperti banjir, longsor, dan badai yang terjadi di seluruh dunia, adalah sedikit dari banyaknya dampak negatif yang kini dialami manusia akibat kerusakan lingkungan.
Tak hanya disebabkan perusakan lingkungan secara masif oleh sejumlah oknum, tetapi juga soal gaya hidup manusia yang ikut memberikan sumbangsih besar terhadap perubahan iklim yang sangat drastis. Pembakaran hutan memang masih menjadi salah satu masalah besar bagi Indonesia pada sektor lingkungan hidup, hingga kini. Namun, kekurangpedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya juga menjadi ‘penyakit’ yang paling banyak menggerogoti bumi, dan dampaknya seperti yang dirasakan saat ini.
Lihat saja laporan dari berbagai organisasi lingkungan hidup, baik di level internasional maupun di tingkat lokal, yang dipublikasikan setiap tahun, selalu mengabarkan soal kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang semakin parah. Laporan Keempat dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada akhir tahun 2007 silam, seperti yang dilansir oleh WWF Indonesia, bahkan sudah menyebut bahwa kemungkinan ancaman perubahan iklim telah mencapai tingkat ‘high confidence’ (sangat meyakinkan).
Laporan tersebut memprediksi bahwa suhu bumi akan naik sebesar 1,8-4 derajat celcius, sedang permukaan air laut akan naik setinggi 28-43 cm, jika tak ada upaya yang serius untuk menurunkan konsentrasi gas rumah kaca. Pada kenyataannya, semua prediksi soal kerusakan lingkungan itu benar-benar terjadi saat ini, hampir 10 tahun kemudian. Suhu bumi dan permukaan air laut memang terus semakin naik dewasai ini. Semua itu pun berdampak kepada banyak sistem fisik dan biologis alam, yang kini dirasakan dalam bentuk bencana alam.
Kampanye Penyelamatan Bumi
Tak heran, makanya kampanye penyelamatan bumi begitu ‘keras’ didengungkan belakangan ini. Berbagai aksi go green dan penanaman pohon terus diprogramkan dan dikampanyekan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Bahkan, dana yang dianggarkan untuk penanaman pohon oleh Pemerintah Indonesia saja mencapai sekitar Rp 2 triliun setiap tahun, setidaknya selama tahun 2010 hingga 2012 lalu, seperti diungkap oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2012 silam, yang diberitakan Kompas.com (Selasa, 4 Desember 2012).
Pada tahun-tahun berikutnya, mungkin saja anggaran yang disiapkan pemerintah bisa jauh lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Belum lagi ditambah dengan anggaran yang disediakan setiap pemerintah daerah di tanah air. Untuk menjalankan kampanye penyelamatan bumi ini, pemerintah Indonesia pun sudah menetapkan peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional yang dilakukan setiap tahun, di mana pada tahun 2016 menargetkan penanaman satu milyar pohon di seluruh Indonesia. Hari Bumi Internasional juga diperingati 22 April 2016 oleh seluruh penduduk dunia, dengan menargetkan menargetkan penanaman 7,8 milyar pohon hingga tahun 2020.
Semua peringatan itu seharusnya menjadi bukti betapa pentingnya pohon bagi manusia dalam menjaga kelestarian lingkungan dan bumi. Pohon-pohon itu pula yang terus menjaga keberadaan oksigen di bumi, yang bisa dihirup manusia untuk bernafas setiap saat.
Situs National Geographic Indonesia, pada Jumat, 22 April 2016 menyebutkan saat ini bumi kehilangan lebih dari 15 miliar pohon setiap tahun, setara dengan 48 lapangan bola setiap menit. Padahal, keberadaan pohon-pohon tersebut sangat vital bagi bumi, dan tentu bagi manusia. Salah satunya, untuk menyerap karbondioksida, yang dihasilkan oleh satu orang saja dalam satu tahun, ternyata dibutuhkan sekitar 96 pohon. Pohon memang dapat menyerap karbondioksida yang berlebih dan berbahaya dari atmosfer bumi.
Konsep Rumah Kebun
Selain dengan menanam pohon, sebenarnya kita juga bisa melakukan berbagai upaya pelestarian lainnya. Banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan dalam melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi dari kepunahan. Kita harus menghemat pemakaian air bersih, mengurangi penggunaan listrik secara berlebihan, hingga menghindari pola makan yang boros dan bersisa. Hal kecil lainnya yang juga bisa kita lakukan selain gaya hidup yang bersahabat dengan bumi adalah dengan ‘menghijaukan’ kawasan di sekitar tempat tinggal kita.
Saat ini, banyak konsep rumah ‘hijau’ yang bisa membantu pelestarian lingkungan dan penyelamatan bumi. Salah satunya adalah konsep rumah kebun dengan memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah untuk dijadikan kebun ataupun taman. Lahan kosong tersebut bisa ditanami dengan berbagai tanaman kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, dan juga tanaman hias. Konsep rumah kebun ini pun sekarang sudah sangat banyak diterapkan masyarakat perkotaan, sebagai bentuk kesadaran untuk penghijauan.
Menggagas rumah kebun memang tidak mutlak harus menyediakan lahan tanah kosong untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Dengan lahan yang sempit sekalipun tetap bisa dimanfaatkan, dengan menyulapnya menjadi kebun vertikal, di mana tanaman ditanam dengan cara digantung. Konsep kebun aquaponic, dimana membuat kebun di atas kolam ikan kecil di belakang atau di samping rumah, juga bisa dijadikan pilihan. Dalam kata lain, semua bagian dari rumah yang terbengkalai harus dimanfaatkan untuk menghijaukan rumah.
Konsep rumah kebun ini pun sudah banyak diterapkan oleh para pengembang perumahan di kota-kota besar. Suasana yang tenang dan nyaman menjadi nilai lebih bagi rumah-rumah dengan konsep ini, selain tentunya menjadi salah satu upaya kita untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan. Tidak hanya itu saja, juga ada banyak keuntungan lainnya dari konsep rumah kebun, seperti sayur-sayuran mulai dari kangkung, sawi, tomat, kacang panjang, dan lainnya yang kita tanam, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak.
Kemudian, konsep rumah kebun juga jauh lebih sehat, karena mampu menyediakan udara bersih yang lebih banyak untuk penghuni rumah. Aneka tanaman hijau tersebut akan membantu melancarkan sirkulasi udara di dalam rumah, mengubah karbondioksida menjadi oksigen, hingga membuat suhu di sekitar rumah menjadi lebih sejuk, dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup. Dengan cara sederhana ini pula kita turut serta melakukan tindakan nyata demi melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi.
* Dimuat di Rubrik Lingkungan Harian Analisa (Minggu, 4 Juni 2017)
search
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar