------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Advertorial

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

search

Jumat, Mei 02, 2014

Menanamkan Budaya Cinta Lingkungan

Oleh : Adela Eka Putra Marza 

Semua orang pasti bisa merasakan bahwa lingkungan menjadi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan kita. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

Merujuk kepada Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Artinya, ada hubungan timbal balik antara setiap unsur dalam lingkungan hidup.

Hubungan antara makhluk hidup dan tak hidup dalam lingkungan tersebut menjadi suatu kombinasi yang kompleks dan saling mempengaruhi bagi kelangsungan masing-masing unsur tersebut. Termasuk juga manusia, kehidupannya juga turut dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan, seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut sehingga bermanfaat bagi kehidupannnya saat ini dan akan datang.

Kerusakan Lingkungan
Sayang, fenomena yang terjadi saat ini malah lingkungan hidup yang semakin terganggu. Wilayah hutan yang semakin berkurang merupakan bukti dari rusaknya lingkungan hidup. Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi karena dua faktor, yakni faktor alami akibat bencana alam dan faktor buatan akibat tangan-tangan jahil manusia. Anehnya, faktor buatan malah menjadi penyebab terbesar rusaknya lingkungan hidup saat ini.

Pentingnya lingkungan hidup yang terawat terkadang dilupakan oleh manusia, karena kerakusan manusia itu sendiri. Atas nama industrialisasi dan hawa nafsu, manusia menjadi penghancur bagi kelestarian lingkungan hidup. Bahkan dewasa ini, manusia sudah tidak lagi memikirkan nilai-nilai kemanusian sehingga secara moral dan spritual, manusia modern telah mengalami kemunduran yang besar dalam sejarah kehidupannya.

Penggunaan zat-zat kimia yang semakin banyak dalam dunia industri, membuat lapisan ozon di atmosfer semakin menipis. Kemudian, polusi udara akibat pembakaran oleh industri dan kendaraan bermotor juga terus meningkat. Sedangkan, hutan di dunia yang berfungsi sebagai penyaring malah semakin berkurang, sehingga menyebabkan suhu bumi semakin panas dan polusi udara semakin membahayakan kesehatan.

Kerusakan lingkungan karena faktor manusia juga bisa berupa adanya penebangan hutan secara liar, yang kemudian menyebabkan terjadinya banjir ataupun tanah longsor. Pembuangan sampah secara sembarangan juga dapat mencemari lingkungan hidup, yang menimbulkan berbagai penyakit. Sampah yang dibuang ke sungai juga mencemari aliran sungai hingga bermuara ke laut.

Selain itu, sikap hidup manusia yang sangat konsumtif turut semakin memperparah kerusakan lingkungan. Pemborosan yang dilakukan dalam penggunaan energi ikut memberikan dampak negatif terhadap pemanasan global dan polusi udara. Kita bisa merasakan efeknya saat ini; cuaca yang jauh lebih panas pada musim kemarau, gampangnya terjadi bencana pada musim hujan, serta semakin banyaknya muncul jenis penyakit.

Cinta Lingkungan
Jelas sekali manusia menjadi salah satu bagian terpenting dalam lingkungan hidup. Oleh karena itu, seharusnya kita memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup tersebut. Kita harus menumbuhkan pemahaman tentang lingkungan hidup dalam diri masing-masing. Bukan justru sebaliknya, menjadi predator untuk merusak kelestarian lingkungan hidup tersebut.

Ada banyak hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan rasa cinta kita terhadap lingkungan. Kebiasaan ramah lingkungan tersebut akan menjadi gaya hidup jika ditanamkan dari sejak dini. Misalnya, membiasakan hemat listrik di rumah. Saat kita tidak menggunakan televisi, lampu, atau peralatan-peralatan elektronik lainnya, biasakanlah untuk mematikannya sehingga tidak boros energi.

Hemat dalam menggunakan air juga bisa dilakukan di rumah. Membiasakan menutup keran air setelah menggunakannya dan tidak membuang-buang air, adalah salah satu gaya hidup cinta lingkungan. Kemudian, menggunakan kertas secara hemat juga sangat sederhana, termasuk menyumbangkan buku-buku yang tidak terpakai lagi kepada orang lain yang membutuhkannya.

Selain itu, buanglah sampah pada tempatnya, serta biasakan untuk memisahkan sampah yang mudah untuk diurai oleh alam dan sampah yang lama dalam penguraiannya. Dengan itu, pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Penggunaan kantong plastik secara berulang-ulang juga dapat mengurangi sampah rumah tangga yang sulit untuk diuraikan, sehingga tidak mencemari lingkungan.

Jika hal-hal sederhana yang ramah lingkungan itu bisa kita biasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sikap cinta lingkungan itu akan menjadi gaya hidup. Jika satu orang yang melakukannya dan menularkannya kepada orang-orang lain di sekitarnya, maka akan semakin banyak manusia yang memahami lingkungan hidup dan sadar untuk menjaga kelestariannya. Kita harus ingat slogan ini: “Hanya dalam lingkungan hidup yang baik manusia dapat berkembang secara maksimal, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan hidup dapat berkembang ke arah optimal”.


* Dimuat di Rubrik Lingkungan, Harian Analisa (Minggu, 20 April 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar