------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Advertorial

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

search

Jumat, Februari 08, 2013

Menghidupkan Gerakan Cinta Lingkungan

Oleh: Adela Eka Putra Marza

Persoalan lingkungan hidup saat ini sudah menjadi masalah utama bangsa Indonesia. Permasalahan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas, menjadikan persoalan lingkungan hidup sebagai salah satu fokus utama dalam pembangunan di negeri ini. Namun pada kenyataannya, soal lingkungan hidup seringkali disepelekan dalam mengambil suatu kebijakan pembangunan.


Bisa kita lihat, misalnya bagaimana pembangunan di Kota Medan yang terus berkembang pesat, bahkan hingga menggunakan banyak lahan yang selama ini menjadi kawasan hijau perkotaan. Penggunaan lahan yang terlalu banyak untuk pembangunan areal perkotaan, terutama sektor industri dan perdagangan, mengakibatkan semakin berkurangnya jumlah lahan yang bisa menjadi ruang terbuka hijau (RTH).

Padahal keberadaan RTH tersebut sangat penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan, selain juga sebagai lokasi rekreasi dan taman bermain bagi masyarakat. Secara teori, keberadaan RTH mampu membantu penguraian polusi udara dan menambah jumlah produksi oksigen bagi makhluk hidup. Namun, karena RTH sendiri semakin berkurang, wajar saja jika cuaca ekstrim seperti sudah biasa belakangan ini.

Buang Sampah pada Tempatnya
Berharap kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup, tidak sepenuhnya akan bisa terselesaikan. Memang banyak program lingkungan hidup yang dicanangkan oleh pemerintah, seperti gerakan menanam pohon. Namun, tentu saja persoalan tidak akan bisa langsung selesai dengan cara tersebut. Apalagi, program penanaman pohon sifatnya merupakan jangka panjang. Sedangkan, persoalan yang terjadi sudah semakin mengkhawatirkan.

Terlepas dari program-program pemerintah tersebut, peran serta masyarakat juga perlu dituntut untuk bersinergi dengan pihak-pihak lainnya, baik pemerintah dan swasta. Hal terkecil yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah memilah sampah organik dan non-organik, serta membuangnya sesuai dengan tempat masing-masing. Perilaku seperti ini seharusnya bisa diwujudkan oleh setiap warga, kapanpun dan di manapun dia berada.

Melalui cara tersebut, Dinas Kebersihan bisa memanfaatkan sampah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat, misalnya menghasilkan pupuk kompos. Selain itu, masyarakat seharusnya juga lebih peduli terhadap produk-produk yang digunakan, dan kemudian meminimalisir penggunaan produk yang banyak menghasilkan sampah non-organik. Sehingga pada akhirnya hanya sampah organik yang menjadi produk sampah rumah tangga.

Solusi yang lebih kreatif yang juga bisa dilakukan terhadap sampah adalah memproduksinya menjadi berbagai barang-barang kreatifitas yang memiliki nilai jual. Di beberapa daerah, terutama di Pulau Jawa, masyarakat yang "menyulap" sampah non-organik yang menjadi aneka kerajinan tangan sudah cukup banyak. Di Kota Medan sendiri juga ada, namun mungkin belum banyak dilirik oleh masyarakat dan pemerintah.

Hemat Air dan Listrik
Perilaku hemat dalam menggunakan air juga menjadi salah satu solusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan hidup. Saat ini, daerah resapan air di kota-kota besar di Indonesia semakin berkurang, termasuk di Kota Medan. Terutama, karena banyaknya pembangunan lahan-lahan kosong tanpa perencanaan tata kota yang matang, sehingga tanpa sadar sudah mengurangi daerah resapan air.

Padahal daerah resapan air berfungsi sebagai tandon untuk menyimpan air tanah. Jika hal seperti ini terus-menerus terjadi, ditambah lagi dengan perilaku masyarakat yang menggunakan air dengan boros, maka terjadilanya berbagai kasus kekeringan seperti yang sering kita dengan di televisi. Jika masyarakat bisa menerapkan perilaku hemat air, tentu saja hal tersebut tidal akan terjadi.

Begitu juga dengan perilaku hemat listrik. Penggunaan listrik yang berlebihan, selain boros biaya rumah tangga, juga membebani PLN. Sehingga pemerintah terus membangun lebih banyak pembangkit listrik dan meningkatkan kapasitas produksinya. Akibatnya, panas yang dihasilkan otomatis menaikkan suhu dan produksi karbondioksida semakin bertambah. Hal tersebut kemudian berdampak terhadap pemanasan global.

Mematikan lampu yang tidak bermanfaat saat siang hari, atau menaikkan sedikt suhu AC, adalah beberapa contoh yang bisa kita terapkan dalam membentuk perilaku hemat listrik. Hal-hal seperti itu tidaklah sulit, jika kita mau dan siap untuk mengubah perilaku yang selama ini sudah membudaya dalam diri. Setidaknya, secara perlahan perilaku tersebut bisa dicontoh oleh warga lainnya, dan menjadi budaya baru dalam "gerakan cinta lingkungan".

Tanamkan dari Kecil
Dengan membiasakan diri melakukan "gerakan cinta lingkungan" tersebut, secara otomatis kita sudah ikut membantu pemerintah dalam menyelesaikan persoalan lingkungan hidup. Apalagi perilaku-perilaku tersebut bisa menjadi budaya baru dalam hidup kita, maka lambat laun persoalan lingkungan hidup akan semakin berkurang. Dampaknya tentu saja terhadap kehidupan kita yang akan jauh lebih nyaman dan lebih sehat.

Tentu juga perilaku "gerakan cinta lingkungan" ini perlu ditanamkan kepada anak-anak sejak mereka berusia muda. Para orangtua harus membiasakan anak-anak dalam keluarganya untuk melakukan perilaku yang mencintai lingkungan sekitar. Begitu juga di dalam masyarakat. Selain itu, para guru perlu juga mengajarkannya kepada anak didik di lingkungan sekolah. Sehingga, perilaku tersbeut bisa terbangun dalam semua lingkungan anak-anak.

Dengan cara seperti itu, ketika anak-anak ini kelak menjadi pemimpin dan generasi penerus pembangunan bangsa ini, maka akan dengan mudah untuk mempertahankan lingkungan hidup yang asri. Cita-cita untuk hidup dalam lingkungan yang nyaman tersebut, tentu saja bukan impian lagi, jika kita semua mampu membudayakan "gerakan cinta lingkungan" dengan membiasakan hidup bersih dan hemat.


* Dimuat di Harian Analisa (Minggu, 3 Februari 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar