------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Advertorial

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

search

Minggu, Desember 16, 2012

Solusi Pencegahan Banjir di Kota Medan

Oleh: Adela Eka Putra Marza

Dalam beberapa hari belakangan, Kota Medan kembali dilanda banjir. Walaupun tidak separah banjir-banjir yang pernah terjadi sebelumnya, namun kondisi tersebut tetap saja meresahkan masyarakat. Bagaimana tidak, banyak kegiatan masyarakat yang terganggu karena luapan air yang menggenangi rumah, pemukiman hingga jalan raya. Kerugian materi pun juga harus diterima sebagian masyarakat.

Seperti dimuat Harian Analisa terbitan Kamis, 29 November 2012, sebuah foto yang menggambarkan kondisi banjir yang terjadi di Gang Merdeka Jalan Brigjend Katamso, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Rabu (28/11). Dalam foto yang menjadi headline halaman pertama itu terlihat dua siswa SMA yang sedang melintasi genangan air sambil menenteng sepatu.

Kemudian foto utama di rubrik Kota Harian Analisa terbitan Selasa, 27 November 2012, memperlihatkan seorang warga sedang mengungsikan anak-anaknya dari banjir yang merendam Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Senin (26/11) dini hari. Kedua karya foto hasil jepretan fotografer Harian Analisa Sutanta Aditya itu menunjukkan kondisi banjir akibat meluapnya Sungai Deli beberapa hari sebelumnya.

Langganan Tahunan
Wilayah Medan dan sekitarnya memang sudah menjadi langganan banjir setiap tahun. Tidak jauh berbeda dengan Kota Jakarta, daerah yang dikenal dengan sebutan Tanah Deli ini selalu disambut oleh banjir di setiap awal tahun, tepatnya di musim hujan. Bahkan, dalam rentang waktu sekitar lima tahun sekali, banjir besar juga akan datang menggenangi kota ini yang terjadi di awal tahun 2011 lalu.

Ribuan rumah di 16 kecamatan dari 21 kecamatan di Medan terendam oleh banjir yang terjadi pada 6 Januari 2011 tersebut. Sebanyak enam sungai besar yang mengalir di kota ini, salah satunya Sungai Deli meluap, akibat hujan yang mengguyur beberapa hari sebelumnya. Akibatnya, warga Medan mengalami kerugian hingga miliaran rupiah, meskipun tidak ada korban jiwa dalam banjir terbesar sejak delapan tahun terakhir itu.

Belakangan, ketika musim hujan tak lagi menentu, jadwal kedatangan banjir pun ikut-ikutan berubah. Luapan Sungai Deli tak lagi bisa diprediksi kapan akan datang menggenangi rumah-rumah warga. Banjir bisa datang kapan saja ketika hujan terus-terusan mengguyur Kota Medan, seperti yang terjadi pada akhir bulan lalu. Bahkan, banjir ini masih bisa terjadi hingga awal tahun berikutnya.

Sepertinya, warga Medan harus lebih waspada lagi. Jika dulu mereka bisa memperkirakan banjir setiap awal tahun. Namun, sekarang dengan turunnya hujan lebat satu harian, maka warga pun harus segera menyelamatkan perabotan rumahnya ke daerah yang lebih tinggi. Jika tidak, bisa saja hanyut diseret arus Sungai Deli yang mengalir di dalam rumah mereka.

Tata Kota Bermasalah
Kota Medan sendiri sebenarnya adalah salah satu kota besar di Indonesia. Bahkan, pemerintah kota sudah mencanangkannya menjadi ‘kota metropolitan’. Sayangnya, kota ini masih bermasalah dengan banjir. Sama seperti Jakarta, meskipun kota besar, Medan ternyata tidak bisa bebas dari banjir. Setiap musim hujan, curah hujan yang tinggi selalu saja berbuah bencana bagi warga.

Anehnya, banjir yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk di Medan seringkali hanya disebabkan oleh hujan seharian. Dengan hujan satu hari saja, kota ini langsung terendam luapan air sungai. Tentu saja ada yang salah dalam pembangunan kota, sehingga banjir selalu saja menjadi langganan setiap tahunnya. Bisa saja pembangunan di kota ini tidak berjalan sesuai aturan, dimana bangunan bisa didirikan seenaknya.

Tak heran, jika akhirnya banyak pengamat yang menyalahkan tata kota di daerah ini yang memang bermasalah. Ketidakdisiplinan pemerintah dalam melaksanakan rencana tata ruang dan wilayah kota (RTRWK) pun menjadi sorotan. Tata kota yang jelek inilah yang paling banyak menjadi penyebab banjir; bahkan tidak hanya di Medan, juga di kota-kota besar lainnya, termasuk Jakarta.

Padahal, RTRWK ini biasanya telah disusun beberapa tahun sebelumnya, dengan selalu dilakukan redesain untuk memperbaharuinya. Itupun dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan, termasuk juga drainase untuk aliran air. Namun, jika sama sekali tidak ada kedisiplinan dalam menjalankannya, hasilnya tetap saja akan nihil, dan kemudian dampaknya seperti yang kita lihat sekarang ini.

Siapkan Tandon Air
Banjir di Medan juga disebabkan kiriman air dari daerah hulu, seperti Deli Serdang dan Tanah Karo. Penyebabnya, banyak pohon di kawasan perbukitan ini yang ditebangi hingga gundul, sehingga tak mampu lagi menahan aliran air menuju kawasan hilir di Medan hingga ke perbatasan menuju laut di Belawan. Banjir kiriman inilah yang kemudian merendam Kota Medan.

Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah daerah. Kawasan perbukitan di daerah hulu tersebut harus dihijaukan kembali, agar dapat menahan luapan air. Selain itu, daerah tangkapan air di kota ini juga harus diperhatikan. Jika kawasan tersebut terlalu banyak dihuni oleh bangunan, maka fungsinya tidak akan bisa lagi berjalan normal. Belum lagi, jika drainase juga bermasalah dan seringkali tersumbat oleh sampah.

Solusi lainnya, pemerintah harus membangun lebih banyak tandon air atau bak penampungan air untuk mengontrol luapan air sungai dan air dari curah hujan yang tinggi, sehingga tidak meluap ke pemukiman warga. Kemudian, saluran drainase juga harus diperbaiki, sehingga bisa dialiri dengan lancar oleh kelebihan air tersebut hingga ke muara sungai sebelum dibuang ke laut.

Penanganan banjir ini memang tidak bisa ditangani dengan kebijakan yang bersifat parsial saja. Namun, harus dilakukan secara integral oleh semua pihak. Termasuk oleh masyarakat sendiri, yang harus lebih sadar lingkungan. Kendati klise, pola hidup masyarakat yang tidak benar dalam membuang sampah, juga berpengaruh dalam mendatangkan banjir di Kota Medan ini.


* Baca juga di Harian Analisa (Minggu, 16 Desember 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar