------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Advertorial

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

search

Jumat, September 11, 2009

Defisit Anggaran Negara, “Warisan” dari Bush

Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (20 Januari 2009)


Oleh : Adela Eka Putra Marza


“It’s been a long time coming. But tonight, change has come to America,” ucap Barack Hussein Obama saat penerimaan hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat. Proses perubahan sudah berjalan lama, dan malam ini perubahan telah datang ke Amerika, begitulah kira-kira artinya.


Pada awalnya, mungkin pernyataan itu sebagai jawabannya atas kemenangan warga negara keturunan Afrika pertama kalinya yang berhasil menjadi Presiden AS – Obama adalah warga negara AS keturunan Kenya. Namun pada akhirnya, perubahan itu akan bermakna jauh lebih luas; perubahan untuk segala permasalahan dunia, bukan hanya AS. Namun, seperti apa perubahan yang akan dibawa Obama?


Jawabannya tentu baru akan terlihat sejak ia resmi dilantik sebagai Presiden AS ke-44 pada 20 Januari 2009; dan itu juga tak dapat ditunggu hanya dalam waktu sebulan atau dua bulan saja. Butuh masa yang mungkin cukup panjang hingga perubahan tersebut akan tampak nyata. Namun, di awal pemerintahannya ini, Obama akan terus mendapat cobaan yang berat. Selain soal konflik Irak dan Afghanistan, serta Israel yang yang kembali memborbardir Palestina sejak 27 Desember 2008, yang tak kunjung rampung, Obama juga sudah mewarisi defisit anggaran belanja negara AS.


Bicara soal ekonomi, sejak terpilihnya Obama dalam pemilihan presiden, di koran-koran muncul banyak cerita mengenai harapan-harapan perubahan dan perbaikan ekonomi dunia di masa pemerintahannya. Seperti diketahui, resesi di AS sudah dimulai pada Desember 2007. Berawal dari macetnya kredit perumahan atau subprime mortgage, kemudian menjalar ke pasar saham dan merembes ke bursa global. Puncaknya adalah resesi ekonomi dunia menjelang akhir 2008.


Paling tidak, saat ini sepuluh dari 15 negara dengan GDP tertinggi di dunia sedang mengalami resesi; kecuali China, Rusia, India, Meksiko, dan Australia – namun tidak menutup kemungkinan kelima negara ini akan menyusul. Ke 10 negara ini adalah 62,6% ekonomi (GDP) dunia. Kalau resesi, konsumsi akan berkurang, dan maka negara-negara mitra dagangnya juga akan terganggu. Tidak salah beberapa negara berkembang (emerging market) seperti Brazil juga sudah mengalami resesi, walaupun berada dalam peringkat sepuluh besar. Indonesia, Malaysia dan negara ASEAN lainnya tinggal menunggu waktu saja. Diyakini, tahun 2009 adalah puncak dari resesi itu. Lalu apa yang bisa diharapkan dari Obama?


Sejak awal, Obama memang sudah berkoar-koar akan membawa angin perubahan dalam masalah resesi global ini. Ia sudah memiliki rencana besar untuk memulihkan perekonomian dunia. Namun dalam kondisi saat ini, apakah ‘pengobatan’ ala Obama ini sanggup menyembuhkan ‘penyakit’ Paman Sam dan seluruh dunia secara umum dengan cepat?


Yang pasti, pada hari pengumuman kemenangan Obama, indeks Dow jatuh dan membuat rekor kejatuhan terdalam pada angka -0,05% di antara semua perdagangan bursa. Jauh lebih buruk dari pada periode pemilihan Presiden Franklin Roosevelt, The Great Depression 1932, pada angka -4,51%. Apakah ini berarti dunia akan menghadapi krisis ala 1932? Silakan Anda terjemahkan sendiri apa arti sambutan pasar ini dan bagaimana pandangan ke depannya.


US$ 1,2 Triliun

Tak hanya sambutan pasar saham Dow yang jatuh ketika Obama muncul sebagai pemenang Pemilu AS yang akan mulai berkantor pada 20 Januari 2009. Harta defisit anggaran belanja negara juga akan diterimanya sebagai “warisan” dari pendahulunya, George W. Bush di hari pelantikannya. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, US$ 1,2 trilun. Coba Anda kalkulasikan sendiri dalam indeks mata uang rupiah.


Sebenarnya, tak ada beda antara Obama dan McCain memang. Keduanya sama-sama beraliran sosialis. Dan kita tidak bisa menyatakan ini terjadi akibat keluarnya Obama sebagai presiden yang baru dalam Pemilu AS yang lalu. Namun, memang fakta dan angka-angka itulah yang ada di saat Obama tampil sebagai pemenang malam itu.


Jika ditilik ke belakang, dulu ketika masa kampanye, Bush pernah berjanji akan mengurangi defisit anggaran belanja negara yang sudah terjadi. Namun pada kenyataannya, alih-alih mengurangi defisit, Bush malah menambah hutang AS. Lihat saja, bagaimana Bush, Paulson dan Ben Bernanke menghabiskan dana penyelamatan bank-bank yang terkena kebekuan kredit. Dana itu dipakai untuk membayar dividen, bahkan sampai melebihi 25% dari dana penyelamatan tersebut. Tentu saja yang pasti dapat banyak adalah senior preferred stock. Pokoknya yang pakai kata “senior” itu yang pasti dapat banyak.


Seperti dana penyelamatan untuk PNC Bank sebesar US$ 7,7 miliar, dipakai US$ 920 juta untuk dividen (yang diperkirakan 12 bulan dari dividen saham biasa berdasarkan pada pembayaran triwulanan); dan US$ 10 miliar untuk Goldman Sachs Bank dipakai US$ 552 juta. Masih ada lima bank lagi yang tercatat, yaitu Citygroup Bank, Bank of America, JP Morgan Chase Bank, Morgan Stanley Bank, dan Wells Fargo Bank. Bisa jadi defisit ini yang semakin membengkak akibat “ulah” Bush.


Defisit inilah yang kemudian diwarisi oleh Obama; dan ia sudah dapat memastikan jauh sebelumnya. “Defisit US$ 1 triliun sudah akan ada, bahkan sebelum kita memulai anggaran selanjutnya. Kita berpotensi untuk mendapatkan defisit triliunan dolar AS untuk tahun-tahun yang akan datang, walau pada saat yang bersamaan kita berusaha memulihkan perekonomian,” ucap Obama setelah pertemuan dengan sejumlah penasihat ekonomi dalam kabinetnya beberapa waktu lalu di Washington DC.


Defisit ini pastinya tercatat menembus jumlah US$ 1,186 triliun, atau hampir mendekati angka US$ 1,2 triliun, yang dibebankan pada tahun fiskal 2009. Angka ini membengkak lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah defisit tahun sebelumnya; US$ 455 miliar pada tahun fiskal 2008. Meski begitu, Congressional Budget Office (CBO) memprediksikan defisit ini akan jatuh hingga US$ 703 miliar pada 2010. Obama pun berharap, defisit ini akan bergerak dalam kisaran jumlah yang sama pada beberapa tahun yang akan datang, sehingga tidak akan terlalu merepotkan pemerintah yang harus bergelut dengan resesi dan permintaan pengeluaran lainnya.


Paket Stimulus Perekonomian

Banyak yang menggantungkan harapan pada Obama. Tidak hanya AS, tetapi juga dunia. Namun begitu, banyak pula pihak yang meragukan Obama bisa berbuat banyak. Mungkin, kita akan fokus saja ke AS. Angka defisit yang meningkat tajam ini sudah barang tentu akan memaksa Obama untuk mengambil pilihan-pilihan yang sulit atas anggaran belanja negara di masa-masa mendatang.


Mungkin Obama akan menata ulang agar seluruh anggaran negara berada di bawah kontrol yang layak. Kalau perlu, ia akan menghalangi para pembuat hukum itu memasukkan belanja proyek-proyek kesayangan mereka. Untuk ini, CBO menerbitkan ringkasan anggaran dan outlook perekonomian.


Namun langkah besar yang akan diambil Obama adalah paket stimulus perekonomian. Obama menegaskan tim anggaran dan perekonomiannya akan mendesain dengan cermat rencana stimulus yang akan menstabilkan perekonomian AS. Dana yang diproyeksikan untuk paket pengeluaran dan pemotongan pajak ini berjumlah US$ 775 miliar dalam dua tahun ke depan.


Pencanangan dana yang salah satunya dialokasikan untuk keringanan pajak dan dana talangan bagi sektor perbankan dan automotif ini, dilakukan dalam rangka mengantisipasi pembengkakan anggaran. Salah satunya adalah gagasan penyelamatan sektor otomotif di Detroit. Suatu gagasan Marxist dan crony capitalist. Tujuannya tentu saja untuk mengangkat AS dari kubangan resesi.


Sesuai rencana, Obama akan mencanangkan program dalam bentuk pemulihan jangka panjang dan jangka pendek. Pada rencana jangka pendek, Obama akan memotong pajak sekitar US$ 1.000 untuk pasangan dan US$ 500 untuk individual, sehingga berpotensi kehilangan dana yang akan menelan sekitar US$ 140 miliar pada 2009-2010. Untuk menutupinya, akan diambil dari alokasi dana US$ 775 miliar tadi.


Selain itu, pemerintahnya juga akan mengeluarkan US$ 200 miliar selama dua tahun untuk perawatan kesehatan Medicaid. Tak hanya itu, para gubernur negara bagian juga mengajukan sebuah daftar berbiaya US$ 136 miliar untuk program-program penciptaan pekerjaan. Program itu dipusatkan pada perbaikan infrastruktur seperti jalan raya, jembatan dan sekolah, serta proyek energi yang dapat diperbaharui.


Rencana penyelamatan perekonomian AS untuk keluar dari dalam jurang resesi, dengan menciptakan 3 juta lapangan pekerjaan ini sedang dibahas oleh Obama dan Kongres. Jika paket ini tertunda, Obama khawatir akan semakin memperdalam resesi dan mengakibatkan angka pengangguran mencapai dua digit. Saat ini saja, angka pengangguran secara nasional telah mencapai 6,7 persen.


Namun, Obama masih menghadapi satu lagi tantangan terbesar. Setelah perbaikan infrastruktur tadi selesai, bagaimana cara untuk mempertahankan jutaan lapangan pekerjaan itu? Seharusnya, mengembalikan pekerjaan menjadi sebuah rencana permanen. Belum jelas apakah rencana ini bersifat permanen atau tidak.


Selain itu, rencana stimulus ini juga diperkirakan jumlah dana kemungkinan akan meningkat menjadi US$ 850 miliar setelah dua tahun pertama. Kemungkinan peningkatan ini disebabkan oleh tambahan program lain dari anggota Kongres. Bahkan, para ekonom memperkirakan stimulus ini bisa mencapai US$ 1,3 triliun.


Meski begitu, jika berjalan sesuai rencana, US$ 850 miliar itu bisa mengembalikan hingga 3,2 juta pekerjaan pada kuartal pertama tahun 2011. Rencana ini bisa saja menjadi sebuah investasi pada infrastruktur nasional terbaru sejak Presiden Eisenhower pada 1950-an. Para ekonom memprediksikan untuk setiap US$ 1 yang diinvestasikan pada infrastruktur, akan tercipta aktivitas ekonomi sekitar US$ 1,6. Yang jelas, para ekonom, termasuk dosen ekonomi University of Central Florida Sean Snaith berpendapat, kombinasi pemotongan pajak dan pengembangan proyek infrastruktur memang bisa menjadi sebuah kombinasi yang baik untuk mengatasi resesi.


Namun, tetap saja timing yang tepat juga merupakan hal yang penting. Obama sebaiknya berhati-hati, jangan terlalu berlebihan dan menganggap rencana ini sebagai juru selamat masalah ekonomi AS. Bahkan anggota Kongres dari Partai Republik bersikeras agar paket itu mendapat penelitian seksama demi menghindari pengeluaran yang tak berguna, meski anggota Kongres yang didominasi Partai Demokrat juga ingin bergerak cepat. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan kerugian yang akan lebih besar lagi. Karena paket stimulus tersebut akan membuat defisit anggaran yang sudah membengkak menjadi kian menggelembung.


Tak peduli seberapa besar ukuran stimulus itu, pemerintahan Obama tetap saja harus merogoh kocek dalam-dalam. Terutama ketika defisit anggaran AS hampir mencapai US$ 1,2 triliun untuk tahun fiskal 2009, dua kali lipat defisit anggaran tahun sebelumnya. Kendati demikian, roda perekonomian AS memang membutuhkan sebuah hentakan kuat untuk bisa berjalan kembali. Bagaimanapun, proyek publik itu harus tetap berjalan kendati ekonomi masih terluka.


Namun yang jelas untuk diketahui, diperkirakan AS akan menghabiskan US$ 29,9 juta alias Rp 331 miliar hanya untuk pelantikan Obama di Capitol Hill, Washington DC. Sekitar 3 juta orang akan meramaikan momen itu, jumlah yang jauh lebih besar dari pelantikan Presiden Lyndon Johnson tahun 1965, di mana 1,2 juta rakyat memadati area sekitar Capitol Hill - Gedung Putih, rute parade presiden. Jika sudah begini, agen Secret Service yang bakalan repot. Semoga saja tak ada yang melempar sepatu ke arah Obama.


* Dimuat di Harian Medan Bisnis (Senin, 19 Januari 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar